1 Tesalonika 3:6-13

Saudara-saudara, doakanlah kami. —1 Tesalonika 5:25

Setelah beberapa bulan lamanya tidak bertemu, saya dan Angie, sahabat saya, bertemu untuk makan siang. Di penghujung pertemuan kami, Angie mengeluarkan selembar kertas yang berisi catatan dari pertemuan kami sebelumnya. Isinya daftar permohonan doa saya yang telah didoakan Angie selama ini. Ia membacakan satu per satu daftar tersebut dan menanyakan apakah Allah sudah menjawabnya atau ada perkembangan lain. Setelah itu, kami pun membicarakan permohonan doa Angie. Betapa indahnya ketika mempunyai seorang sahabat doa!

Rasul Paulus menjalin persahabatan dalam doa dengan para jemaat yang dilayaninya, termasuk dengan jemaat di Tesalonika. Ia berterima kasih kepada Allah untuk iman, kasih, dan pengharapan dari jemaat di kota tersebut (1Tes. 1:2-3). Ia rindu bertemu mereka, dan memohon kepada Allah “siang malam” supaya dapat mengunjungi mereka lagi (3:10-11). Paulus meminta Tuhan untuk menjadikan mereka “bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain” (ay.12). Ia juga berdoa supaya hati mereka tak bercacat dan kudus di hadapan Allah (ay.13). Pastilah jemaat merasa sangat dikuatkan ketika mengetahui perhatian dan doa Paulus bagi mereka. Paulus juga mengetahui bahwa ia sendiri juga membutuhkan kehadiran dan kuasa Allah sehingga ia memohon, “Saudara-saudara, doakanlah kami” (5:25).

Bapa yang penuh kasih, terima kasih karena Engkau menghendaki kami untuk berbicara dengan-Mu. Ajar kami semua untuk menjadi sahabat doa. 

Aku perlu doa mereka yang kukasihi 
 Dalam menjalani hidup yang berat ini,
 
 Agar aku menjadi tulus dan setia,

 Dan hidup setiap hari bagi-Nya. 
Sahabat doa adalah sahabat yang terbaik.