Bacaan: ULANGAN 28:1-4

      Umat Tuhan harus menyadari bahwa “mudah bagi Tuhan untuk memberkati setiap umat-Nya” sebab memang demikianlah  sifat Tuhan yang kita sembah. Kita percaya bahwa tahun ini adalah tahun dibukanya pintu-pintu mujizat. Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan memperlihatkan kepada kita bahwa tidak sulit bagi Tuhan untuk memberikan kemenangan kepada Israel saat menghadapi bangsa-bangsa lain; bahkan tidak susah bagi Tuhan untuk membukakan “pintu kota Kanaan” bagi mereka. Persoalan utamanya adalah “apakah setelah Kanaan diberikan kepada mereka, adakah mereka masih menjaga hati mereka untuk tetap setia/melekat/terpaut kepada Tuhan ataukah tidak.”

     Ternyata mereka terbukti tidak menjaga hati. Hal ini dapat diketahui dari kitab Ratapan. Ratapan yang ditulis oleh Yeremia menjelaskan kepada kita bahwa bangsa Israel tidak taat kepada Allah setelah mereka hidup di Kanaan; sehingga Allah “mengizinkan” bangsa lain mengalahkan mereka. Kota Yerusalem dihancurkan, Bait Allah dihancurkan bahkan mereka menjadi tawanan di Babel.  Dari kisah ini, hal “menjaga hati” menjadi indikator penting; menjaga hati berarti tetap menikmati berkat, sebaliknya jika tidak menjaga hati  akan mengalami kutuk.

 

      I.  Allah Mempunyai Tujuan bagi Setiap Orang Percaya

      Dalam Ulangan pasal 27 Musa berkata bahwa pintu gerbang Kanaan akan dibukakan bagi mereka dengan syarat mereka harus memperhatikan hubungan mereka dengan Tuhan (Ulangan 27:1-10). Artinya, ketika mereka menjaga hubungan mereka (keintiman) yang dinyatakan melalui ibadah (korban dipersembahkan) maka Tuhan akan membiarkan mereka untuk memasuki Kanaan dan menikmati berkat yang disediakan di Kanaan. Kanaan adalah tujuan mereka; namun mereka harus melewati padang gurun untuk sampai ke Kanaan. Di padang gurun, Tuhan menguji hati mereka.  Padang gurun bukanlah tujuan Tuhan bagi Israel. Ketika mereka melewati padang gurun, mereka melewatinya dalam sikap hati yang tidak benar, yakni bersungut-sungut dan tegar tengkuk. Karena itu, mereka butuh waktu yang lebih lama dari yang seharusnya untuk mencapai Kanaan.

      Allah mempunyai tujuan atas Israel, yaitu menetapkan Kanaan sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Mereka diizinkan memiliki Kanaan bukan hanya untuk ditempati melainkan menjadikan mereka sebagai role model dalam iman kepada Allah. Supaya memberi kesaksian kepada bangsa lain yang belum mengenal Allah.

      Itu sebabnya ketika kita membentuk rumah tangga, membuka usaha, bekerja, termasuk berjemaat, tujuannya harus memberi kesaksian dan memuliakan Tuhan sebab itulah tujuan Allah bagi kita.  Sebab tujuan membentuk rumah tangga (Kristen) tidak hanya karena unsur biologis semata, melainkan kita harus paham bahwa salah satu tujuan membentuk rumah tangga adalah sebagai sarana melakukan kehendak Tuhan. Tujuan membuat usaha tidak hanya bermotif ekonomi semata melainkan harus memahami unsur penginjilan sebagai tujuan dalam berbisnis.  Bandingkan dengan kisah keluarga Elimelekh dalam kitab Rut pasal 1. Motif mereka hijrah ke Moab semata karena masalah ‘ekonomi’. Akibatnya, Elimelekh dan kedua puteranya mati di Moab, Naomi pun kembali dengan tangan hampa. Naomi artinya sweetness pada waktu berangkat ke Moab harus kembali ke Betlehem dengan panggilan mara, artinya pahit.

      Dalam bekerja, unsur penginjilan (jadikan gaya hidup yang mencerminkan kasih Tuhan) harus menjadi tujuan kita juga. Sebab jikalau tidak, maka sikap korup, mementingkan diri sendiri, sikut menyikut, “mencari muka atau jilat-menjilat” akan menjadi sarana keberhasilan. Jika demikian maka Allah tidak segan-segan untuk mengambil usaha kita dan memberikannya kepada orang lain. Seperti Israel, ketika mereka sudah di Kanaan namun mereka tidak setia, lupa akan tugas mereka sebagai umat yang membawa berita maka Allah menghancurkan kota yang telah mereka bangun.


    II.  Beribadah dengan Hormat

      Kita perlu memperhatikan kalimat “melakukan dengan setia segala perintah-Nya.”  Kesetiaan kepada Tuhan tidak hanya ditunjukkan dengan secara tetap datang ke gereja pada hari minggu. Itu penting, namun di atas semuanya itu kita harus menunjukkan “kesetiaan kepada perkataan Tuhan”. Misalnya, kita menunjukkan kesetiaan kita dalam membaca, menyelidiki dan melakukan Firman. Hal ini juga dilakukan oleh Sang ahli kitab, Ezra. Ezra 7:10 berkata“sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan dan melakukan Taurat Tuhan serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel.” Ini berarti:

      Pertama, kita tidak hanya menghafal ayat-ayat Alkitab saja melainkan harus belajar (learning). Point ini penting supaya terhindar dari berbagai ajaran sesat.  Kedua, menyelidiki dan melakukan menjadi hal pokok dalam proses pembelajaran. Sangat ironis jika kita tidak menyelidiki firman Tuhan apalagi tidak melakukannya, lalu mengajarkannya bukan? Karena itu, baiklah kita menjadikan Ezra 7:10 sebagai gaya hidup kita.

Dalam konteks kita saat ini, selain menyediakan waktu untuk menyelidiki firman-Nya maka kita juga harus menyediakan waktu untuk mendengarkan suara Tuhan. Sediakanlah waktu untuk berdoa dan bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.

 

Kesimpulan

Tuhan mau membuka pintu-pintu bagi Anda dan saya, karena itu:

1.  Ingatlah bahwa Allah memiliki tujuan atas rumah tangga kita, usaha kita, pekerjaan kita.

2.  Perhatikan ibadahmu dan  mendengarkan suara Tuhan

      Maka segala berkat yang dijanjikan-Nya akan menjadi bagian dalam hidup kita

      Bagi yang melakukannya, demikian janji Tuhan, akan dibukanya pintu-pintu berkat di Ulangan 28:3-20