Sumber: GBI Boston Website (http://gbiboston.org/para-orang-tua-wajibkan-anakmu-taat/)

Disadur dari blog Pastor John Piper di:
www.desiringgod.org/blog/posts/parents-require-obedience-of-your-children#sthash.BieKTrzz.W6jwuQqB.dpuf 


Saya menulis ini, untuk memohon para orang tua Kristen untuk mewajibkan ke-taat-an dari anak-anak mereka. Saya tergerak menulis artikel ini karena melihat anak-anak mengabaikan perintah orangtuanya, lalu tidak ada konsekuensi terhadap kelakuan mereka. Biasanya, orang tua menasihati anak dua tiga kali untuk duduk, berhenti, datang atau pergi. Tapi setelah anak tidak taat ketiga kalinya; orang tua hanya tertawa lalu “menyuap” anaknya. Mungkin saja bisa menghasilkan sifat yang diinginkan atau mungkin juga tidak.

Minggu lalu, saya melihat dua hal yang mendorong saya menulis artikel ini. Salah satunya adalah dibunuhnya Andy Lopez, anak umur 13 tahun di Santa Rosa, California. Polisi mengira Andy akan menembak mereka dengan senapan mesin. Itu senapan mainan. Yang membuat hal ini terjadi karena polisi sudah menyuruh anak itu dua kali untuk menjatuhkan senapannya. Tapi si anak malah mengarahkannya pada mereka. Polisi akhirnya menembak.

Saya tidak tahu rincian situasinya, kalau si Andy dengar perintah polisi atau tidak. Jadi saya tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa anak itu tipe anak yang suka memberontak. Jadi intinya di sini bukan tentang si Andy itu sendiri. Tapi “kalau-kalau”, bagaimana kalau-kalau si Andy sudah dengar perintah polisi, tapi tetap melawan peringatan polisi? Kalau itu benar, sifat berontak anak itu menyebabkan ia kehilangan nyawanya. Inilah harga yang dibayar kalau tidak mematuhi otoritas dengan tepat.


Sebuah Tragedi sedang berlangsung

Saya menyaksikan skenario yang sama di pesawat minggu lalu. Saya melihat seorang ibu mempersiapkan anaknya untuk tertembak suatu hari nanti.

Saya duduk di belakang ibu dan anaknya yang mungkin berusia sekitar tujuh tahun. Si anak bermain tablet digitalnya. Pramugari sudah mengumumkan bahwa semua perangkat elektronik harus dimatikan sebelum lepas landas. Si anak tidak mematikannya. Sang ibu-pun tidak menegur anaknya. Saat pramugari lewat, menegur supaya anak itu mematikannya, dia tidak melakukannya. Si ibu juga tidak menegur anaknya.

Sekali lagi, pramugari berdiri di depan mereka dan mengatakan bahwa anak itu perlu memberikan tabletnya kepada ibunya. Si anak mematikannya, tapi ketika pramugari pergi ke tempat duduk, anak itu ambil dan menyalakan tabletnya lagi selama lepas landas. Si ibu-pun tidak melakukan sesuatu apa pun juga. Saya berpikir, ibu ini melatih anaknya untuk suatu hari tertembak polisi.


Diselamatkan dari cara bodoh dalam mengasuh anak

Kalau orang tua yang tidak percaya Tuhan, malas dan mengabaikan anaknya, yah saya masih bisa mengerti. Tapi kalau orang tua Kristen mengabaikan hal mengasuh anak?
Ini benar-benar bikin saya bingung. Apa yang akan terjadi kalau orang tua gagal untuk meminta dan mewajibkan anaknya untuk taat? Saya tidak tahu secara pasti. Tapi mudah-mudahan sembilan pengamatan di bawah akan menyelamatkan sebagian orang tua dari kebodohan dalam mengasuh dan melepas anak berlaku semaunya.


1. Mewajibkan/mengharuskan anak untuk taat itu jelas-jelas Alkitabiah. Dituliskan bahwa anak-anak harus mentaati orang tuanya.

“Anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian” (Efesus 6:1).Tidak masuk akal kalau Allah mengharuskan anak-anak untuk mematuhi orang tua, tapi orang tuanya sendiri tidak meminta ketaatan dari anak-anaknya. Ini adalah bagian dari pekerjaan orang tua – yaitu mengajar anak-anak bahwa roh penundukan yang Tuhan taruh akan membawa kebahagiaan yang luar biasa. Orang tua menjadi wakil Allah buat anak-anaknya. Betapa bahayanya anak-anak kalau dibiasakan untuk mengabaikan perintah Allah.


2. Ketaatan adalah Perjanjian Baru, kategori Injil.

Ketaatan bukan hanya kategori secara “hukum”. Tapi juga adalah kategori/bagian dari Injil. Paulus berkata bahwa tujuan Injil adalah “supaya percaya dan taat kepada namaNya” (Roma 1:5). Dia berkata, “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ke-taat-an oleh perkataan dan perbuatan” (Roma 15:18).

Tujuan Paulus adalah “menawan segala pikiran dan menaklukkannya[membuat taat] kepada Kristus” (2 Korintus 10:5). Dia menuntutnya dari gereja-gereja: “Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan[tidak taat] apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu,” (2 Tesalonika 3:14).

Orang tua yang tidak mengajarkan anak-anaknya untuk tunduk/taat terhadap otoritas yang ditunjuk Tuhan, sudah mempersiapkan anak-anaknya untuk hidup tidak selangkah dengan Firman Tuhan – kehidupan anaknya keluar dari jalan Injil.

(Jika anda ragu apakah doktrin ke-taat-an itu penting, bacalah buku Wayne Grudem di chapter [Pleasing God by our Obedience]“Menyenangkan Tuhan melalui ketaatan kita: Pengajaran Perjanjian Baru yang diabaikan” judul bukunya For the Fame of God’s Name, diedit oleh Justin Taylor dan Sam Storms.)


3. Mewajibkan/mengharuskan anak-anak untuk taat, itu mungkin dilakukan.

Sungguh menyedihkan kalau melihat orangtua sudah tidak berdaya lagi di depan anaknya yang tidak taat. Tuhan menuntut anak-anak taat orang tua karena sebenarnya mungkin bagi orang tua untuk menjadikan anaknya taat. Anak-anak kecil, di bawah satu tahun, dapat diajarkan secara efektif dengan peragakan: apa mereka boleh sentuh, gigit, tarik, muntahkan, meludah atau menjerit. Anda lebih besar daripada mereka. Gunakan ukuran badanmu untuk rangkul sampai mereka berubah senang, jangan lepaskan mereka jadi egois.


4. Mengharuskan mereka taat harus dilatih dari rumah dari hal-hal sepele sehingga nanti di depan umum mereka taat pada hal-hal yang penting.

Satu penjelasan kenapa anak jadi berontak luar kendali di depan umum karena mereka belum pernah diajar untuk taat di rumah. Salah satu alasannya, karena buat orang tua, banyak hal kecil di rumah yang ga penting diributkan. Lebih gampang melakukan sendiri daripada repot meluangkan waktu-berusaha bikin anak taat melakukan apa yang disuruh lakukan. Tapi kalau Anda membiasakan ini, jadi melatih anak kalau taat itu terserah dia dimanapun juga. Kalau Anda konsisten mengharuskan anak anda taat di rumah, di depan umum-pun, anak-anak Anda akan jadi anak-anak menyenangkan.


5. Butuh usaha untuk mengharuskan ke-taat-an dari anak, dan pasti bermanfaat.

Jika Anda beritahu anakmu untuk tetap di ranjang tapi dia bangun keluar ranjang – lebih gampang bilang “balik ke tempat tidur”, daripada mendatangi anakmu dan urusi ketidak-taat-an dia. Orangtua cape. Saya mengerti, bersimpati. Saya juga sudah 40 tahun lebih punya anak-anak di bawah umur delapan belas tahun. Mengharuskan anakmu taat itu menguras energi, baik secara fisik maupun emosi. Memang lebih gampang membiarkan anak-anak melakukan semaunya mereka.

Hasilnya? Anak jadi tak terkendali sewaktu berhadapan dengan masalah yang penting. Mereka telah mempelajari kelemahanmu. Ibu tak berdaya, dan Bapa gampang dibodohi. Mereka bisa baca kapan Anda akan meledak marah. Jadi mereka menentang Anda sampai sebatas anda hampir meledak. Bikin suasana jadi tegang buat semua orang. Tapi kalau ada usaha untuk terus konsisten setiap muncul ketidak-taa-tan, itu akan menghasilkan buah yang manis bagi orang tua, anak-anak, dan orang lain.


6. Anda dapat mematahkan kecacatan cara mengasuh yang diturunkan dari  generasi di atas sebelumnya

Salah satu alasan orang tua tidak mengharuskan disiplin karena mereka sendiri belum pernah melihatnya dalam kehidupannya. Mereka berasal dari keluarga yang hanya punya dua tipe mendidik: pasif dan marah. Mereka tahu mereka tidak ingin jadi orang tua yang tukang marah. Jadi satu-satunya alternatif yang mereka tahu adalah jadi pasif [diam tidak lakukan apapun red]. Ada kabar baik: anda dapat berubah. Orang tua dapat belajar dari Alkitab dan dari orang berhikmat: apa yang mungkin dilakukan, apa yang harus diperintahkan, bagaimana supaya berhikmat, dan bagaimana melakukannya dengan roh yang sabar, tegas, penuh kasih yang berdasar pada Alkitab.


7. Mengasuh dalam kasih karunia membuat anak dari yang kelihatannya taat diluar saja menjadi sungguh taat penuh sukacita.

Anak-anak perlu taat sebelum mereka mengerti apa itu ketaatan melalui iman. Ketika iman datang, ketaatan yang telah mereka pelajari dari rasa takut dan ganjaran [upah baik atau hukuman red] dan rasa hormat akan menjadi ekspresi yang keluar secara alami dari iman. Tidak mengharuskan ketaatan sebelum muncul iman adalah kebodohan. Artinya di jangka panjang sebenarnya anda tidak mengasihi anakmu. Kebiasaan yang ada yang mestinya disatukan dengan iman malah jadi sesuatu yang harus ditanggulangi iman karena punya kebiasaan tidak taat.


8. Anak-anak yang orang tuanya mengharuskan ketaatan lebih berbahagia.

Cara mengasuh ‘Laissez-faire’ [atau tanpa pengawasan red] orangtua tidak menghasilkan anak-anak yang ramah dan rendah hati. Ini menghasilkan anak-anak nakal. Jadi tidak menyenangkan kalau ada di sekitar anak ini, dan anak inipun tidak bisa menikmati dirinya sendiri. Mereka suka menuntut dan kurang ajar. ”Kebebasan” mereka bukan jadi berkat bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Mereka bebas seperti perahu tanpa kemudi. Mereka menjadi korban keinginan sesaat. Cepat atau lambat, keinginan sesaat yang tiba-tiba tersebut akan membawa mereka sampai ke satu tempat. Yaitu kesengsaraan. Atau, bahkan mati saat bertemu polisi.


9. Mengharuskan taat tidak sama dengan mengharuskan anak sempurna.

Karena orang tua adalah wakil Allah untuk anak-anaknya – terutama sebelum anak dapat mengenal Allah melalui iman dalam Injil – kita tunjukkan pada mereka dua hal ini: keadilan dan belas kasihan. Tidak setiap ketidaktaatan harus dihukum. Sebagian ketidak-taat-an diperingati, ditegur, dan dikasih lewat. Tidak ada petunjuk pasti seberapa yang ini atau yang itu. Yang pasti anak-anak harus belajar dari cara mengasuh kita, bahwa Allah di Alkitab adalah api yang menghanguskan (Ibrani 12:7, 9), dan bahwa Allah juga sabar dan lambat untuk marah (1 Timotius 1:16). Maksud kedua hal ini – disiplin dan sabar – tujuannya adalah supaya cepat, bahagia, dalam ketaatan. Itulah yang dihasilkan dari mengenal Allah di dalam Kristus.

Para orang tua, Anda sanggup melakukan semua ini. Saat ini masa-masa yang sulit. Saya telah menjalani lebih dari enam puluh persen hidup saya mengasuh anak. Tapi ada rahmat ilahi untuk ini, dan Anda akan mendapat upah yang luar biasa.